Pembelajaran berdasarkan inquiry
merupakan seni penciptaan situasi-situasi sedemikian rupa sehingga siswa
mengambil peran sebagai ilmuwan. Dalam situasi-situasi ini siswa
berinisiatif untuk mengamati dan menanyakan gejala alam, mengajukan
penjelasan-penjelasan tentang apa yang mereka lihat, merancang dan melakukan
pengujian untuk menunjang atau menentang teori-teori mereka, menganalisis data,
menarik kesimpulan dari data eksperimen, merancang dan membangun model, atau
setiap kontribusi dari kegiatan tersebut di atas.
Sund, seperti yang dikutip oleh
Suryosubroto dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, Inquiry merupakan perluasan
proses discovery, yang digunakan lebih mendalam, inkuiry yang dalam
bahasa Inggris Inquiry berarti
pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum
yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.
Gulo, (2005) menyatakan bahwa,
strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
·
Sasaran
utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah :
1.
Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses
kegiatan belajar
2.
Keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses
kegiatan belajar
3.
Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang
apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
·
Kondisi Umum
yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah :
1.
Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang
mengundang siswa berdiskusi.
2.
Inkuiri berfokus pada hipotesis
3.
Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta )
·
Untuk
menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru adalah sebagai berikut:
1.
Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan
bergairah berfikir.
2.
Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa
mengalami kesulitan
3.
Penanya , menyadarkan siswa dari kekeliruan yang
mereka buat
4.
Administrator, bertanggungjawab terhadap seluruh
kegiatan kelas
5.
Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai
tujuan yang diharapkan
6.
Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan
organisasi kelas
7.
Rewarder, memberikan penghargaan pada prestasi yang
dicapai siswa.
Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa
secara langsung ke dalam proses ilmiah kedalam waktu yang relative singkat,
Hasil penelitian Schlenker dalam joice dan weil (1992) menunjukkan bahwa
latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berfikir kreatif
dan siswa menjadi trampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.
·
Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Inquiry
Strategi pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang
dipertanyakan (Sanjaya, 2009). Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan
melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Menurut Sanjaya (2009) bahwa strategi pembelajaran inquiry, memiliki
beberapa ciri utama, yaitu:
1.
Strategi Inquiry menekankan pada aktivitas siswa
secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inquiry
menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran siswa tidak
hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara
verbal, akan tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi
pelajaran itu sendiri.
2.
Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk
mencari dan menemukan jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti dari sesuatu
yang sudah dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sifat percaya
diri. Dalam strategi pembelajaran inquiry, guru bukan sebagai sumber belajar
tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
3.
Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquiry
adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.
Strategi Pembelajaran Inkuri efektif apabila :
1.
Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri
jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan.
2.
Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak
berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi,akan tetapi sebuah kesimpulan yang
perlu pembuktian.
3.
Jika proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu
siswa terhadap sesuatu.
4.
Jika akan mengajar pada sekelompok siswa yang
rata-rata memiliki kemamuan dan kemampuan berpikir.
5.
Jika siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga
bisa dikendalikan oleh guru.
6.
Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan
pendekatan yang berpusat pada siswa.
·
Prinsip–prinsip Penggunaan Inquiri
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan inquiri
menurut Sanjaya (2009).
1.
Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi inquiri
adalah pengembangan kemampuan berfikir. Dengan demikian , strategi pembelajaran
ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses
belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan
menggunkan strategi inquiri bukan ditentukan sejauh mana siswa dapat menguasai
materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan
menemukan.
2.
Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya
adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa
dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses
interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai
pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
3.
Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan
dalam menggunkaan model inquiri adalah guru sebagai penanya. Sebab kemampuan
siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian
dari proses berfikir.
4.
Prinsip Belajar untuk Berfikir
Belajar bukan hanya mengingat
sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berfikir (learning how to think) yakni proses
mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan.
Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
5.
Prinsip Keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah
pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus
dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan
kebenaran hipotesis yang diajukan.
·
Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
Gulo (2005) menyatakan bahwa, inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan
intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional
dan keterampilan.
Secara umum proses pembelajaran SPI dapat mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut :
1.
Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan
langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang
dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
a.
Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai oleh siswa
b.
Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan
oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah
inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan
masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan
c.
Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal
ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2.
Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah
membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang
disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu.
Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk
mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam
pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental
melalui proses berpikir.
4.
Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara
dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu
diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan
mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat
merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan
kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
5.
Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas
menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang
sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan
hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan
ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
6.
Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan
jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan
kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan
hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang
ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
7.
Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada
siswa data mana yang relevan.
·
Langkah –
langkah menerapkan model pembelajaran inquiry didalam kelas :
1.
Membentuk kelompok-kelompok inkuiri. Masing-masing
kelompok dibentuk berdasarkan rentang intelektal dan keterampilan-keterampilan
social
2.
Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada semua
kelompok. Tiap kelompok diharapkan memahami dan berminat mempelajarinya.
3.
Membentuk posisi tentang kebijakan yang bertalian
dengan topik, yakni pernyataan apa yang harus dikerjakan. Mungkin terdapat satu
atau lebih solusi yang diusulkan terhadap masalah pokok.
4.
Merumuskan semua istilah yang terkandung di dalam
proposisi kebijakan.
5.
Menyelidiki validitas logis dan konsisten internal
pada proposisi dan unsur-unsur penunjangnya.
6.
Mengumpulkan evidensi (bukti) untuk menunjang
unsur-unsur proposes
7.
Menganalisis solusi solusi yang diusulkan dan mencari
posisi kelompok
8.
Menilai proses kelompok.
Kemudian pendekatan inkuiri terbagi
menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau
besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya.
·
Ketiga jenis
pendekatan inkuiri tersebut adalah:
1.
Inkuiri
Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu
pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan
memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai
peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya.
Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa
belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa
dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan
dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui
diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan
menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses
belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada
tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap
berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses
inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa
pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar
dapat memahami konsep pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat
pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama
berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa,
sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding
yang diperlukan oleh siswa.
2.
Inkuiri
Bebas (free inquiry approach).
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman
belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini
menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi
kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan
masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang
diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan
tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini
adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan
mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung
bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan
siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh
orang lain dari masalah yang diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara
lain:
a.
Waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif
lama sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum,
b.
Karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri
permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di
luar konteks yang ada dalam kurikulum,
c.
Ada kemungkinan setiap kelompok atau individual
mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk
memeriksa hasil yang diperoleh siswa,
d.
Karena topik yang diselidiki antara kelompok atau
individual berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang
memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga
diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
3.
Inkuiri
Bebas yang Dimodifikasikan (modified free inquiry approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan
inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri
bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki
tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam
pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk
diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan pendekatan ini
menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan.
Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak
terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar
siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat
menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat
menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak
langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang
dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
·
Keunggulan
dan Kelemahan SPI
1.
Keunggulan
a.
SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan
kepada pengembangan aspek kognitif kognitif,afektif dan psikomotor secara
seimbang,sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
b.
SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka.
c.
SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan.
d.
SPI dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan diatas rata-rata.Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus
tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
2.
Kelemahan
a.
SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran,maka akan
sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa
b.
Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran
oleh karena terbentur dalam kebiasaan siswa dalam belajar
c.
Kadang kadang dalam implementasimnya,memerlukan waktu
yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan.
d.
Selama ketentuan keberhasilan belajar ditentukan oleh
kemampuan siswa menguasai materi pelajaran,maka SPI akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru.
·
Pembelajaran dengan Metode Inkuiri Suchman
Berdasarkan uraian pembelajaran inkuiri umum, kita dapat melihat bahwa
waktu dan sumber yang tersedia merupakan permasalahan dalam pembelajaran.
Menanggapi permasalahan ini, Richard Suchman mengembangkan suatu pembelajaran
inkuiri yang telah dimodifikasi. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Suchman tentang model inkuiri ini menunjukkan bahwa keterampilan inkuiri siswa
meningkat dan motivasi belajarnya juga meningkat.
Dahlan dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, Suchman berkeyakinan bahwa
siswa akan menyadari tentang proses penyelidikannya dan mereka dapat
diajarkan tentang prosedur ilmiah secara langsung. Selajutnya, Suchman
berpendapat tentang pentingnya membawa siswa pada sikap bahwa semua pengetahuan
bersifat tentative. Joyce dalam Trianto (2009) menyatakan, bahwa teori Suchman
dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.
Mengajak siswa membayangkan seakan-akan dalam kondisi
yang sebenarnya
2.
Mengidentifikasi komponen-komponen yang berada di
sekeliling kondisi tersebut.
3.
Merumuskan permasalahan dan membuat hipotesis pada
kondisi tersebut.
4.
Memperoleh data dari kondisi tersebut dengan membuat
pertanyaan dan jawabannya “ya’ atau “tidak”.
5.
Membuat kesimpulan dari data-data yang diperolehnya.
Pembelajaran inkuiri dengan metode
Suchman menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada siswa
sebagai alternative untuk prosedur pengumpulan data.
Inkuiri Suchman seperti yang dikutip oleh Kardi dalam Trianto(2009)
mempunyai kelebihan, yaitu :
1.
Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode
pertemuan. Waktu yang singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus
inkuiri dengan cepat, dan pelatihan mereka akan terampil melakukan inkuiri.
2.
Lebih efektif dalam semua bidang di dalam kurikulum.
Perbedaan utama antar inkuiri
Suchman dengan Inkuiri umum terletak pada proses pengumpulan data.
Suchman mengembangkan suatu motode penemuan baru yang menuntun siswa
mengumpulkan data melalui bertanya, maka dari itu model pembelajaran inkuiri
menurut Schuman harus memperhatikan :
1.
Struktur Sosial Pembelajaran. Suasana kelas yang
nyaman merupakan hal yang penting dalam pembelajaran inkuiri Suchman karena
pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari siswa agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan baik. Kerja sama guru dengan siswa, siswa dengan siswa
diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Dua atau
lebih siswa yang bekerja sama dalam berfikir dan bertanya, akan lebih baik
hasilnya jika dibanding bila siswa bekerja sendiri.
2.
Peran Guru. Pembelajaran inkuiri Suchman, peran guru
memonitor pertanyaan siswa untuk mencegah agar proses inkuiri, tidak sama
dengan permainan tebakan. Hal ini memerlukan dua aturan penting, yaitu :
Pertanyaan harus dapat dijawab “ya” atau “tidak” dan harus diucapkan dengan
suatu cara siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan
pengamatan; Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak
mengakibatkan guru memberikan jawaban pertanyaan tersebut, tetapi mengarahkan
siswa untuk menemukan jawabannya sendiri.
3.
Sintaks Pembelajaran Inkuiri. Dalam upaya menanamkan
konsep , misalnya konsep IPA Biologi pokok bahasan saling ketergantungan pada
siswa, tidak cukup hanya sekedar ceramah. Pembelajaran akan lebih
bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif
dalam menemukan konsep-konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan
dengan bimbingan guru.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari
tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak dalam
Trianto (2009). Adapun tahapan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
Fase
|
Perilaku
Guru
|
1.
Menyajikan pertanyaan atau masalah
|
·
Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan
masalah dituliskan di papan.
·
Guru membagi siswa dalam kelompok.
|
2.
Membuat hipotesis
|
·
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah
pendapat dalam membentuk hipotesis.
·
Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis
yang relevan dengan permasalahan dan memproiritaskan hipotesis
mana yang menjadi prioritas penyelidikan.
|
3.
Merancang percobaan
|
·
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan.
·
Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah
percobaan.
|
4.
Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi
|
·
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui
percobaan
|
5.
Megumpulkan dan menganilisis data
|
·
Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk
menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
|
6.
Membuat kesimpulan
|
·
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar